Deteksi Pos Indonesia, Setelah dicibir dengan kutukan sumpah dan serapah oleh masyarakat politik Kota Sungai Penuh karena tabiatnya tak mencerminkan diri sebagai warga yang paham dan mesti menegak nilai Demokrasi ketika menghadang konpoi massa AZ’FER usai menggelar pendaftaran di KPUD.
Kini, Selasa 15/10 ratusan orang warga Kumun diduga sebagai tim unggulan yang digadang gadang ditengah dusun oleh Alfin kembali menunjuk ketidak dewasaannya dalam berdemokrasi dengan membabi buta dan mencak mencak ditengah lamang tak henti bacikarau menyebut bih aso dan mamau soatai ketika menyaksi gerahnya tim AZ’FER memasang baliho dan mendirikan Posko Pemenangan di Kumun guna menyambut blusukan dan kampanye Ahmadi Feri di Kumun.
Lantaran, tak mau ribut dan tak ingin terjadi pertumpahan darah karena merasa yang dihadapi ratanya jenis manusia pendek sumbu dengan hobynya main kerat kayu, maka dengan legowonya puluhan orang Team AZ’FER di Kumun mengambil sikap mengalah dan meninggalkan lokasi.
Dalam seketika, tragedi miris Demokrasi Kumun ini tersebar keseluruh penjuru dan pelosok negeri Kota Sungai Penuh, karena baru pertama kali inilah sejarah Demokrasi ajang Pilwako Sungai Penuh dinodai secara berturut dan tanpa malu oleh masa dan pendukung Alfin di Kumun seolah Pilwako Sungai Penuh hanya milik Kumun saja. Nauzubillah.
Sontak, membuat masyarakat politik yang peduli terhadap penegakan demokrasi jadi berang dan angkat bicara terkait ketidak kesiapan kubu Alfin selaku Cawako Nomor urut 1 di Kumun untuk bisa menunjuk kedewasaannya dalam berpolitik dan berdemokrasi yang menjadi haknya orang banyak, bukanlah sebatas untuk negeri bersudut emoat yang incut Kumun.
Dikatakan oleh Jhoni Hendrik salah seorang warga Koto Baru bahwa tabiat team Alfin di Kumun sudah kelewat batas mesti disikapi segera oleh pihak berwajib. “Namanya Pemilu tak sebatas tugas Pangwas dalam menyikapi tiap masalah terjadi, tapi pihak berwajib mesti ada bila terjadi tindakan yang melawan hukum, seperti haknya bagi setiap Paslon untuk memasang baliho dan posko pemenangan tanpa bisa dihambat dan dilarang di Republik ini”, kata Jhoni Hendrik.
Ditegaskannya lagi, bila tabiat Kumun masih dibiarkan berlanjut sekehendak hati dan perutnya. Maka, bukan barang mustahil daerah lain akan berbuat lebih bejat dari demikian dinegerinya terhadap perjuangan politik Alfin. “Setiap pematang ada penunggu dan ulu balangnya, bukan orang Kumun saja yang bisa gila. Bila tidak ada juga perubahan kewasaannya berpolitik, coba saja masuk Koto Baru sama kita lihat apa terjadi nantinya”, tutupnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Mapuciuk salah seorang warga masyarakat Rawang, ditambahkannya menyaksi tabiat massa dan pendukung Paslon Nomor urut 1 di Kumun wajar disebut mungkin begitu pula watak dari sang yang dijagokannya.
“Katanya Alfin adalah orang maju dan sukses diluar daerah, kenapa perilaku dari orang kepercayaan dan pendukungnya seperti masyarakat primitif yang hoby main kerat kayu, kan lucu jadinya ketika menyaksi kenyataan berpolitiknya yang bertolak belakang dengan cerita bukan main wahnya tentang Alfin”, kata Mapuciuk.
Ditambahkannya lagi, beberapa ulah yang ditunjukkan oleh pendukung Alfin di Kumun berpotensi melahirkan kepemimpinan yang ganas dengan arogansi tingkat tinggi sekaligus dengan sendirinya telah menurunkan retingnya read-Alfin dari Paslon lainnya.
“Demokrasi Pilwako bukanlah ajang bagi preman untuk menunjuk otot besinya. Tapi, kesempatan bagi setiap orang untuk bisa menunjukkan partisipasinya demi memikir kemajuan Kota Sungai Penuh kedepannya adalah sesuatu yang mesti dipahami dan diingat selalu oleh pendukung Paslon Nomor urut 1 agar tak semakin dicibir, dibenci dan dijauhkan oleh masyarakat Kota Sungai Penuh yang semakin piaway, pintar dan cerdas berpolitik”, pungkas Mapuciuk.@Yd,Yid,Yi dan Riles.