ASI merupakan nutrisi ideal untuk bayi yang mengandung zat gizi paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan mengandung seperangkat zat perlindungan untuk memerangi penyakit.
Dua tahun pertama kehidupan seorang anak sangat penting, karena nutrisi yang optimal selama periode ini menurunkan morbiditas dan mortalitas, mengurangi risiko penyakit kronis, dan mendorong perkembangan yang lebih baik secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemberian ASI yang optimal yaitu saat anak berusia 0-23 bulan sangat penting karena dapat menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak di bawah usia 5 tahun setiap tahun (WHO, 2020).
Berdasarkan survei di Indonesia, 38% ibu berhenti memberikan ASI karena kurangnya produksi ASI. Kurangnya produksi ASI yang tidak lancar membuat ibu merasa cemas, dan menghindar untuk menyusui bayinya dan akan berdampak juga pada kurangnya isapan bayi. Sehingga mempengaruhi penurunan produksi dan kinerja hormon oksitosin dan prolaktin dan membuat produksi ASI semakin menurun, sehingga ibu berhenti menyusui dan memberikan susu formula kepada bayinya.
Air susu ibu yang mengandung nutrisi optimal, baik kuantitas dan kualitasnya. Pemberian air susu ibu pada bayi merupakan metode pemberian makanan yang terbaik. Air susu ibu memiliki semua zat gizi dan cairan yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pasca kelahiran. Pemberian air susu ibu selama 6 bulan pasca kelahiran tanpa makanan pendamping apapun sering disebut ASI eksklusif.
Setelah kira-kira 6 minggu pasca persalinan, wanita mengalami suatu proses alamiah yang disebut nifas. Ketika proses ini terjadi maka wanita akan mengalami perubahan-perubahan fisiologis, seperti involusi uterus dan pengeluaran iochea, perubahan psikis dan fisik, serta laktasi/pengeluaran air susu ibu.
Laktasi adalah keadaan dimana terjadi perubahan pada payudara ibu post partum, yang menyebabkan seorang ibu dapat memproduksi air susu ibu.
Satu diantara faktor yang dapat menjadi penyebab rendahnya angka pemberian ASI eksklusif adalah air susu ibu yang sukar keluar di minggu pertama setelah melahirkan dan persepsi ibu bahwa produksi air susu ibu tidak mencukupi.
Produksi air susu ibu dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor utama yang dapat mempengaruhi adalah faktor hormonal yaitu hormon prolaktin dan oksitosin. Bayi yang menghisap payudara ibu akan merangsang neurohormonal pada puting susu dan areola ibu.
Rangsangan tersebut akan diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus dan dilanjutkan ke lobus anterior. Hormon prolaktin akan keluar ketika rangsangan mencapai lobus anterior, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar pembuat air susu ibu yang selanjutnya akan merangsang kelenjar untuk memproduksi air susu ibu.
Hormon oksitosin merangsang pengeluaran air susu ibu. Bayi memiliki refleks memutar kepala kearah payudara ibu ketika didekatkan pada payudara ibu yang disebut rooting reflex refleks menoleh, hal ini menyebabkan rangsangan pengeluaran hormon oksitosin.
Kekurangan produksi kedua hormon tersebut akan menyebabkan sulitnya produksi air susu ibu yang dibutuhkan untuk tindakan pemberian air susu ibu pada bayim hal ini bisa disebabkan karena kurangnya nutrisi pada ibu.
Salah satu alternatif yang dapat diambil oleh ibu adalah pemenuhan nutrisi selama masa nifas, seperti mengkonsumsi jagung rebus. Jagung rebus memiliki rasa yang manis dan enak juga memiliki manfaat yang baik bagi ibu menyusui. Kandungan protein dan karbohidrat yang terkandung dalam jagung dapat meningkatkan produksi ASI bagi ibu nifas.
Selain dapat meningkatkan produksi ASI ibu, jagung rebus juga memiliki kandungan vitamin B12 yang dapat meningkatkan fungsi otak pada bayi.
Handayani, Amd.Keb
Bidan Puskesmas Koto Baru
Mahasiswa Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Kebidanan IKESPNB.